SURABAYA, Saco-Indonesia.com- Pusat Riset Penyakit Tropis
Universitas Airlangga Surabaya menemukan senyawa aktif pada ekstrak batang pohon cempedak
(Artocarpus champeden) dan sambiloto (Andrographis paniculata). Pada uji
klinis, ekstrak cempedak dapat menyembuhkan pasien malaria dalam waktu lima hari pengobatan.
Demikian disampaikan Aty Widyawaruyanti selaku Ketua Tim Riset Obat Antimalaria di
Institut Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Kamis (16/5/2013), di Surabaya. Penjelasan ini
disampaikan saat kunjungan wartawan yang diadakan Kementrian Riset dan Teknologi.
Dalam penelitian, jelas Aty yang juga peneliti dari Fakultas Farmasi Unair, diketahui
beberapa senyawa aktif flavonoid terutama heteroflavanon C diketahui dpt melumpuhkan parasit
malaria. "Uji klinis saat ini telah sampai pada fase kedua, yaitu pemberian pada pasien
malaria," ujar Aty.
Pengujian tahap kedua melibatkan 60 pasien. Pada pengobatan
diberika dosis 2 tablet sehari. Setelah beberapa hari pasien tidak demam dan menggigil. Pada
hari kelima pasien sembuh.
Untuk dapat diproduksi dan dipasarkan, masih diperlukan dua
tahap lagi dengan melibatkan lebih banyak pasien, " urainya. Obat ini juga harus
ditinjau oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
Cempedak sebagai obat malaria yang
diteliti sejak tahun 2001 kini telah memperoleh paten untuk proses ekstraksi dan isolasi senyawa
aktif. Pendaftaran patennya sebagai obat antimalaria. Bahan herbal yang dinamai Artoner ini
dikemas dalam bentuk kapsul untuk ujicoba kepada pasien.
"Produk riset farmasi
ini, meski baru 70 persen menjalani tahap uji klinik sudah diminati oleh sebuah industri
farmasi untuk diproduksi," tambah Kepala Laboratorium fitokimia herbal ITD, Achmad Fuad
Hafid.
Riset lain
Penelitian cempedak untuk obat malaria,
lanjut Aty, diilhami penggunaannya secara tradisional di Kalimantan untuk obat malaria dan
larutan gosok pencegah gigitan nyamuk. Selain cempedak riset juga dilakukan pada tanaman
serumpun yaitu nangka, keluwih, dan sukun. Namun khasiatnya tak sebaik cempedak.
Sementara itu riset yang dilakukan pada tanaman herbal sambiloto juga menemukan senyawa
antimalaria yaitu Androglafolida. Namun untuk tanaman herbal yang selama ini dikonsumsi sebagai
jamu itu belum sampai ke uji klinik.